Monday, February 2, 2015

MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN PADA MATA KULIAH MATEMATIKA 1 DI JURUSAN PGMI FAKULTAS TARBIYAH IAIN SYEKH NURJATI



Peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro. Melalui pembangunan karakter bangsa, diharapkan dapat menciptakan manusia Indonesia yang unggul. Dalam penelitian ini, mengembangkan 6 (enam) nilai karakteristik yang wajib tertanam pada setiap diri mahasiswa.
Karakteristik tersebut ditanamkan melalui proses perkuliahan yang diselenggarakan selama 1 semester pada Mata Kuliah Matematika 1 di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah Tahun Pelajaran 2011-2012. Pada mata kuliah ini, pendidikan karakter didekati melalui pemecahan masalah, yang merupakan bagian penting yang harus diajarkan kepada peserta didik. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan metode inkulkasi (penanaman), yang ditempuh dengan memperhatikan perbedaan pada masing-masing peserta didik. Di sinilah penggolongan tipe kepribadian akan bermanfaat untuk menghargai perbedaan, sehingga bermanfaat bagi penunjang keberhasilan pembelajaran. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, dengan didasari oleh nilai yang sekaligus akan dapat mendukung pembangunan karakternya, sehingga pada akhirnya pendidikan karakter dapat tertanam.

Kata kunci : Pendidikan Karakter, Perbedaan Tipe Kepribadian, Matematika 1, Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah.

       I.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini dinilai sebagai salah satu upaya strategis untuk mengangkat bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa ketika bangsa Indonesia mengabaikan pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, maka salah satu akibatnya ialah tidak adanya daya juang dan dorong dalam diri tiap anak bangsa yang mempersatukan pemerintah dan rakyat. Menyadari akan pentingnya pendidikan karakter itu pulalah. Maka pemerintah Republik Indonesia melalui Mendiknas menjadikan peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Ada pun tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”.
Menanggapi ajakan pemerintah Republik Indonesia tersebut, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam sambutannya pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2012 menyatakan pendidikan secara umum mempunyai tujuan memanusiakan manusia di samping kemampuan untuk menjawab berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi masa depan sebagai keniscayaannya. Sebagai wujud nyata dari tema Hardiknas dan Harkitnas 2012 tersebut, maka Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menggugah komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar melaksanakan pendidikan karakter, bahkan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi. Himbauan Kemdiknas ini harus ditanggapi secara cepat dan positif oleh setiap insan pendidikan pada bidangnya masing-masing, dan harus dicanangkan sebagai gerakan nasional. Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon , sebagai salah satu perguruan tinggi yang mengkhususkan diri dalam Pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, dan pusat pembinaan akhlak karimah., menyambut dengan antusias gerakan nasional tersebut, terutama agar mahasiswa di Jurusan S1 PGMI Fakultas Tarbiyah tidak hanya mampu menguasai bidang keilmuanya saja untuk kemudian kehilangan sisi kemanusiaannya, sehingga seolah-olah menjadi robot yang telah hilang nilai sosialnya.
Sejalan dengan gerakan nasional pendidikan karakter maka dibeberapa tahun terakhir ini Fakultas Tarbiyah telah merintis upaya membangun pendidikan karakter bagi mahasiswa yang mengacu kepada adanya keseimbangan proporsional hard skills dan soft skills. Pembangunan karakter tersebut di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah, penulis memulai penerapanya dari kegiatan awal perkuliahan sampai taraf evalusi hasil perkuliahan, sebuah aktivitas yang dimaksudkan untuk memasukkan nilai-nilai kecerdasan holistik dan metode baku pembelajaran karakter. Dimana penulis menitik beratkan pada semangat pengembangan karakter dengan 6 nilai yang menjadi karakteristiknya yaitu closed to God (dekat dengan Tuhan), the learner (pembelajar), never give up (pantang menyerah), never complain (tidak mudah komplain terhadap keadaan), motivator dan be happy (selalu bahagia).
Pada Mata Kuliah Matematika 1, melalui setiap tatap muka yang diselenggarakan di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah berusaha menanamkan semangat tersebut melalui metode inkulkasi (penanaman), yaitu melalui kesadaran bahwa setiap peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga cara belajar maupun tingkah laku yang dimiliki juga tergantung dari karakter masing-masing. Perbedaan ini oleh para ahli psikologi diyakini akibat perbedaan tipe kepribadian. Pada penelitian ini akan menggunakan penggolongan tipe kepribadian berdasar pada David Keirsey, yang membagi tipe kepribadian menjadi 4 tipe yaitu tipe Rational, Idealis, Artisan dan Guardian.
Dengan menggabungkan penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010) maka penanaman pendidikan karakter ini menjadi penting, karena dapat dibuat terobosan dalam menanamkan pendidikan karakter bagi mahasiswa yaitu dengan menanamkan pendidikan karakter melalui pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
B.     Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian di dalam latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter apa sajakah yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah yang ada, tujuan penting dari penelitian ini adalah menentukan nilai pendidikan karakter yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian.

    II.      KAJIAN PUSTAKA
A.    Pendekatan Inkulkasi (Penanaman) dalam Pendidikan Karakter dan Evaluasi Pendidikan Karakter.
Generasi muda saat ini memang sudah menunjukkan banyak perbedaan dibanding generasi masa lalu. Penerus bangsa saat ini tumbuh dalam alam kemerdekaan, kemajuan teknologi, dan kemudahan hidup yang sering melenakan moral mereka. Pendekatan pendidikan yang dulu dianggap efektif, tidak sesuai lagi untuk membangun generasi sekarang dan yang akan datang. Pada generasi masa lalu, penanaman pendidikan melalui pendekatan indoktrinatif sudah dianggap memadai untuk menghindarkan generasi muda dari perilaku yang menyimpang, baik secara kemasyarakatan maupun dari segi agama. Generasi muda saat ini tidak akan mau menerima doktrin tanpa logika yang dapat mereka terima. Sikap kritis sudah menyatu dalam pribadi mereka.
Sebagai gantinya, diperlukan pendekatan pendidikan karakter yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil keputusan secara mandiri dalam memilih nilai-nilai yang ditawarkan. Idealnya, pendidikan karakter saat ini sebenarnya tidak dapat terjadi melalui strategi tunggal, namun memerlukan multipendekatan atau sering disebut pendekatan komprehensif oleh Kirschenbaum (dalam Darmiyati, 2010).
Darmiyati (2010) mengatakan, istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan karakter mencakup berbagai aspek. Pertama, isinya harus komprehensif, meliputi semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan mengenai etika secara umum. Kedua, metodenya harus komprehensif.
Termasuk di dalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara bertanggung jawab dan berbagai ketrampilan hidup (soft skills).
Ketiga, pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, dalam proses bimbingan dan penyuluhan, dalam upacara-upacara pemberian penghargaan dan semua aspek kehidupan. Keempat, pendidikan karakter hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat. orang tua, pemuka agama, penegak hukum, dan organisasi kemasyarakatan semua perlu berpartisipasi dalam pendidikan karakter. Konsistensi semua pihak dalam melaksanakan pendidikan karakter mempengaruhi generasi muda.
Darmiyati (2010), juga menyatakan pendekatan inkulkasi (penanaman) nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) mengkomunikasikan kepercayaan disertai alasan yang mendasarinya, (2) memperlakukan orang lain secara adil, (3) menghargai pandangan orang lain, (4) mengemukakan keragu-raguan atau perasaan tidak percaya disertai dengan alasan dan rasa hormat, (5) tidak sepenuhnya mengontrol lingkungan untuk meningkatkan kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang dikehendaki, dan mencegah kemungkinan-kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang tidak dikehendaki, (6) menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki, tidak secara ekstrim, (7) membuat aturan, memberikan penghargaan dan memberikan konsekuensi disertai alasan, (8) tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak setuju, (9) memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-beda, apabila sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, diarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah.
Selain itu, Darmiyati (2010) menyatakan bahwa pendekatan karakter tidak boleh menggunakan metode indoktrinasi, yang memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang dengan inkulkasi seperti tersebut di atas.
Dalam penelitian ini, penanaman pendidikan karakter akan diterapkan pada mata kuliah matematika 1 semester 2 (dua) di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati cirebon tahun pelajaran 2011-2012, melalui pendekatan inkulkasi (penanaman).
Setelah pendekatan inkulkasi sebagai modal dasar bagi terbentuknya model pembelajaran telah ditentukan, maka langkah selanjutnya perlu dipikirkan evaluasi agar dapat diketahui ketercapaian tujuan. Darmiyati (2010), mengatakan secara lengkap, tujuan pendidikan karakter harus meliputi tiga kawasan yaitu pemikiran/penalaran, perasaan dan perilaku. Supaya tujuan pendidikan karakter yang berujud perilaku yang baik dapat tercapai, peserta didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.
B.     Nilai-nilai Target Pendidikan Karakter di Jurusan S1 PGMI Fakultas Tarbiyah
Terdapat cukup banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplemantasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam semestanya. Jika nilai-nilai ini bisa direalisasikan dalam kehidupan manusia, maka akan dihasilkan manusia yang paripurna dan terciptalah kehidupan yang bermartabat.
Nilai-nilai target pendidikan karakter di Jurusan PGMI fakultas Tarbiyah yang telah dikembangkan dan dilaksanakan pada kegiatan perkuliahan khususnya Mata Kuliah Matematika 1 selama ini adalah :
1.      Close to God (dekat dengan Tuhan)
Kandungan dari semangat karakter yang pertama adalah penguatan pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan mahasiswa, dengan mengingatkan kembali bahwa di bumi ini hanya Tuhan yang bisa membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika seorang pribadi dekat dengan pencipta-Nya, pasti dia akan menjalankan apa yang baik dan menghindari hal-hal yang memang harus di hindari, dengan demikian mahasiswa diharapkan mampu meneladani sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri.
2.      Eager Learner (Pembelajar Tangguh)
Kandungan nilai kedua menyebutkan bahwa jadilah manusia yang senantiasa rendah hati (be humble) dan terus memiliki sifat pembelajar, karena di atas langit masih ada langit lagi. Sebagai mahasiswa calon pemimpin bangsa menyadari bahwa sebagai manusia mereka bukanlah mahluk yang sempurna. Sebagai perumpaan peserta diajak mengingat dan menengok sejenak pada sebuah gelas.
Ketika kita menuangkan air ke dalam gelas yang sudah terisi penuh dengan air, apa yang terjadi? air pasti akan tumpah, hal ini menggambarkan kesamaan dengan diri kita. Jika seseorang ingin untuk mendapatkan ilmu/ pengalaman baru dalam kehidupan, berusahalah untuk menjadi gelas kosong. Harapan yang lebih tinggi adalah janganlah merasa cukup hanya sekedar menjadi gelas namun jadilah gentong (tempat menampung air) yang lebih besar dari gelas. Jadilah sumber air bagi sesamamu. Mahasiswa di harapkan bertanya pada diri masing-masing, sudahkah selama ini kita mengosongkan gelas bahkan berusaha untuk membesarkan?.
3.      Never Give Up (Pantang Menyerah)
Kandungan karakter berikutnya, yaitu nilai ke-3 memberikan penguatan pada diri mahasiswa untuk tidak mudah menyerah. Mahasiswa diberikan sebuah pertanyaan, pernahkah mendengar cerita penemu lampu? Thomas Alfa Edison, sang penemu lampu sebelum bisa menciptakan lampu Thomas Alfa Edison telah melewati 9.998 kegagalan sebelum akhirnya berhasil. Refleksi pada diri denga mencoba membayangkan jika ketika itu Thomas Alfa Edison menyerah di percobaan ke 9.997 maka bisa dibayangkan gelapnya dunia waktu malam hari saat ini dan saat-saat mendatang, belajar dari semangat inilah maka mahasiswa diharapkan selalu melakukan yang terbaik dan tidak mudah menyerah dengan keadaan.
4.      Never Complain (Pantang Mengeluh)
Sebagai pemimpin kita tidak boleh mengeluh dalam segala hal, inilah yang diajarkan pada karakter ke-4. Mengeluh bukanlah hal yang dapat menyelesaikan sebuah masalah, bisa jadi mengeluh malah membuat sebaliknya, membuat semakin keruh suasana.
5.      Motivator
Sebagai calon pemimpin bangsa masa depan, mahasiswa harus mampu menjadi penyemangat atau motor penggerak bagi orang di sekitar kita, menjadi sumber energi bagi suatu organisasi, minimal dapat berguna bagi orang lain seperti halnya sebuah generator. Pada akhirnya semangat ke 5 ini memberikan pemicu kepada mahasiswa bahwa membuat orang lain menjadi senang/ berhasil karena kita, itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi diri sendiri, kepuasan yang tidak ternilai (not valueable with money). Menghindari sifat egois, dan senantiasa mengingat bahwa sepandai-pandainya kita dan sekaya-kayanya kita akan tetapi jika itu hanya kita lakukan untuk diri kita sendiri maka akan sia sia belaka. Menurut kata hukum tabur tuai yang sering kita dengar, semakin banyak kita menabur maka semakin banyak kita menuai (tergantung dari benih kita, benih yang jahat atau benih yang baik), maka jadilah motivator.
6.      Be Happy
Kandungan nilai karakter yang terakhir, bahwa hidup ini penuh dinamika, maka hendaknya mahasiswa selalu menghadapi dengan senyuman dan dengan bahagia, karena happy adalah obat yang paling mujarab untuk segala penyakit termasuk penyakit yang paling parah (sakit hati) dengan tersenyum dan menyenangkan suasana hati akan timbul semangat dan energi yang baru untuk membuat dunia ini semakin indah. Mahasiswa diminta membayangkan, jika suatu ketika mereka memimpin sebuah rapat sambil marah, didukung dengan suasana sangat panas dan tegang, para peserta rapat pasti tidak nyaman, tidak enjoy dan hasil dari rapat tersebut tidak akan maksimal. Maka, jadikanlah hidup dengan senantiasa berbahagia.
C.    Profil Proses Berpikir
Slavin (2008) mengungkapkan arti teori pemrosesan informasi sebagai teori kognitif yang menggambarkan proses, penyimpanan, dan pemanggilan kembali dari pikiran manusia. Dengan menggunakan teori pemrosesan informasi, maka pada penelitian kali ini, proses berpikir peserta didik dapat digambarkan sebagai kegiatan mental yang dilakukan oleh peserta didik pada saat peserta didik menerima informasi dari luar dirinya, mengolah informasi, menyimpan informasi, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan ketika informasi dibutuhkan, untuk menyelesaikan masalah matematika.
Untuk mengetahui proses berpikir pada diri subjek, terdapat beberapa tanda atau ciri yang akan digunakan, yaitu : pengamatan terhadap tampak luar (meliputi gerakan badan, ekspresi wajah), dan dari hasil pekerjaan yang dilakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010) menyatakan bahwa setiap peserta didik mempunyai profil proses berpikir yang berbeda, yang seharusnya dihargai oleh setiap pendidik. Jadi, sebagai pendidik tidak seharusnya memaksakan suatu cara dalam memahami suatu materi perkuliahan, atau suatu cara dalam menyelesaikan masalah, namun menghargai proses berpikir bagi setiap peserta didiknya. Harus diwaspadai bahwa antara proses berpikir pesera didik dan proses berpikir pendidik tidaklah sama, dan pendidik tidak boleh menghakimi peserta didik sebagai bodoh, lamban mengerti dan sebagainya, hanya karena tidak mampu memahami proses berpikir yang digunakan pendidik. Justru seharusnya pendidiklah yang harus dapat memahami proses berpikir masing-masing peserta didik, hingga peserta didik berhasil dalam memahami suatu materi atau menyelesaikan suatu masalah.
Dalam pendekatan inkulkasi (penanaman) pendidikan karakter, pemahaman profil proses berpikir ini menjadi sangat penting, karena penanaman pendidikan karakter pada diri peserta didik tidak diperbolehkan menggunakan pendekatan indoktrinasi, namun pendidik harus dapat menanamkan nilai-nilai target pendidikan karakter tersebut secara nalar yang dapat diterima oleh peserta didik menggunakan proses berpikirnya, hingga peserta didik meyakini kebenaran akan nilai tersebut, dan mau melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
D.    Tipe Kepribadian
Sebagai seorang pendidik, tentunya sangat umum dijumpai suatu situasi dimana sebagian peserta didik sudah siap untuk memecahkan masalah matematika yang diberikan oleh pendidik, sementara sebagian yang lain, bahkan tidak mengerjakan sama sekali. Di dalam dunia pendidikan, perbedaan tingkah laku maupun sifat, sangat nampak nyata terhadap insan-insan yang berperanan di dalamnya.
Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi sering disebut sebagai Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. Pada tahun 1984 David Keirsey, seorang professor dalam bidang psikologi dari California State University, menggolongkan kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Guardian, Artisan, Rational dan Idealist. Penggolongan ini didasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (Extrovert atau Introvert), bagaimana seseorang mengambil informasi (Sensing atau Intuitive), bagaimana seseorang membuat keputusan (Thinking atau Feeling) dan bagaimana gaya dasar hidupnya (Judging atau Perceiving). Tentunya masing-masing tipe kepribadian tersebut akan mempunyai perbedaan dalam memahami pendidikan karakter yang akan dijumpainya.
Sementara itu, Dewiyani (2010) dalam penelitiannya menemukan profil proses berpikir masing-masing tipe kepribadian dalam memecahkan masalah ternyata berbeda, misalnya dalam memahami masalah, sebagai langkah awal dalam menyelesaikan masalah, tipe Rational melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, kemudian disimbolkan, sementara itu, tipe Idealist melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan menggerak-gerakkan bolpoin, sedang tipe Artisan melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan banyak melakukan gerakan tubuh, dan tipe Guardian melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna kalimat, memberi tanda pada bagian yang penting. Dari salah satu langkah pemecahan masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian mempunyai profil proses berpikir yang berbeda.
Pemahaman perbedaan pada masing-masing tipe kepribadian ini juga harus dikuasai oleh pendidik, untuk menjadi bekal bagi pendidik dalam pendekata inkulkasi pendidikan karakter yang akan dilaksanakan dalam mata kuliah Matematika 1 pada penelitian ini.

 III.      METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan nilai target pendidikan karakter yang akan ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu pada bidang kurikuler, maka digunakan penelitian dengan jenis kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian jenis kualitatif dipilih karena penentuan profil berpikir mahasiswa dan penentuan nilai target pendidikan karakter berlatar alamiah dan instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri. Bersifat eksploratif, karena hendak ditelusuri nilai target pendidikan karakter mahasiswa. Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan subjek penelitian, menentukan instrumen bantĂș penelitian, membuat prosedur pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan fenomena dalam keadaan yang sesungguhnya (natural setting).
Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa dengan tipe kepribadian tertentu dalam menampakkan nilai pendidikan karakter yang ada dalam dirinya, pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan masalah. Situasi mahasiswa akan ditinjau dari penentuan nilai kepribadian yang telah ditetapkan untuk diamati.

 IV.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan terhadap masing-masing tipe kepribadian pada saat menyelesaikan masalah matematika, dan hasil pekerjaan yang ada, didapatkan hasil sebagai berikut :
1.      Tipe Rational
Tabel 4.1. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus dikembangkan dari tipe Rational.
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal, tanpa dimulai dengan doa
§  Tidak memulai dari doa
(+) Eager the learner
(-) Close to god
Segera berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan serius, tanpa membuang waktu.
§  Serius.
§  Fokus pada tujuan.
§  Bekerja sendiri, tidak memperhatikan teman lain.
(+) Eager the learner
(-) Motivator
Menuliskan kembali informasi yang dianggap penting untuk
digunakan dalam penyelesaian
masalah, dengan bantuan
variabel.
§  Cermat dalam mengorganisasikan hal penting.
§  Mempunyai abstraksi yang tinggi.
(+) Eager the learner
(+) Never give up
Memiliki prosedur penyelesaian
masalah tanpa tanpa terpancang
pada materi tertentu yang pernah
didapatnya.
§  Memiliki daya kreativitas tinggi.
§  Mengerjakan dengan keseriusan tinggi.
(+) Eager the learner
(+) Never give up
(-) Be happy
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali cara
penyelesaian, dengan mengubah
urutan penyelesaian.
  • Menghendaki kesempurnaan jawaban
  • Tidak mudah putus asa.
(+) Eager the learner
(+) Never give up
(+) Never complain
(-) Be happy

2.      Tipe Idealist
Tabel 4.2. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus dikembangkan dari tipe Idealist.
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal, tanpa dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa
 (-) Close to god
Berusaha untuk mengerjakan
soal dengan sebaik mungkin.
Menyukai kesempurnaan
(+) Never give up
(-) Motivator
Membaca soal tidak secara
urut, namun pada pertanyaan
terlebih dahulu.
Ingin mengetahui terlebih
dahulu tugas pokok yang harus diselesaikannya.
(-) Eager the learner
(+) Never complain
(+) Never give up
Menuliskan kembali
informasi yang dianggap
penting untuk digunakan
dalam penyelesaian masalah,
tanpa bantuan variabel,
Cermat dalam
mengorganisasikan hal penting.
(+) Never give up
(-) Motivator
Tidak memandang penting
rencana pemecahan masalah..
Lebih menyukai segera
menyelesaikan masalah, agar
pekerjaan segera dianggap selesai.
(-) Eager the learner
(+) Never complain
Setelah menyelesaikan masalah, tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya. Ketika terjadi perbedaan jawaban, tipe ini tetap meyakini kebenaran
jawabannya dan tidak berusaha untuk mengulang kembali perhitungan.
§ Menghendaki kesempurnaan jawaban.
§ Kurang mampu menerima pendapat orang lain
(+) Eager the learner
(+) Never give up
(+) Never complain
(-) Be happy
(-) Motivator

3.      Tipe Guardian
Tabel 4.3. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus dikembangkan dari tipe Guardian.
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa
(-) Close to god
Segera berusaha untuk bergabung dengan suatu kelompok dan dengan sangat aktif berusaha untuk
meleburkan diri dengan kelompoknya.
§  Pandai bergaul.
§  Sifat sosial tinggi.
(+) Motivator
(+) Be happy
Membaca soal secara urut, namun tidak semua dibaca secara utuh, beberapa dilewati
Kurang teliti.
(-) Eager the learner
(+) Motivator
Mencari inti kalimat agar
dapat memahami masalah
Mempunyai analisis yang
baik.
(+) Never give up
Tidak membuat catatan tentang informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal, namun
hanya mengatakannya kepada teman sekolompoknya.
Kurang menyukai hal yang
detail dan teratur
(-) Eager the learner
(+) Motivator
Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan, bersama dengan teman sekelompoknya
Tidak mementingkan
kesempurnaan jawaban, telah
merasa puas dengan hasil
yang ada.
(-) Eager the learner
Setelah masalah dianggap selesai dikerjakan, maka tipe ini segera menggunakan waktu untuk berbincangbincang dengan teman
sekelompoknya, dan kehadirannya mampu membuat kelompok menjadi antusias.
Sifat sosial dan kemampuan
beradaptasi tinggi.
(+) Motivator
(+) Be happy

4.      Tipe Artisan
Tabel 4.4. Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus dikembangkan dari tipe Artisan
Hasil Pengamatan
Hasil Analisis
Nilai Karakter
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
Tidak memulai dari doa
(-) Close to god
Segera berusaha untuk membentuk kelompok, membagi tugas, dan memimpin diskusi dalam kelompok.
§ Berjiwa pemimpin.
§ Mampu mengatur teman sebaya.
§ Mampu memotivasi teman.
(+) Motivator
(+) Be happy
Membaca soal secara urut dan utuh
Berpikir secara sintesis dan teratur
(+) Never give up
(+)Never complain
(+) Motivator
Tidak membuat catatan tentang informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal.
Kurang menyukai hal yang detail dan teratur
(-) Eager the learner
Mempunyai rencana pemecahan masalah yang matang.
Menyukai kesempurnaan
(+) Never give up
(+) Never complain
Setelah selesai menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah dilakukan.
§ Menghendaki kesempurnaan jawaban.
§ Tidak mudah putus asa.
(+) Never give up
(+) Motivator
Keterangan : (+) nilai yang harus dipertahankan.
       (-) nilai yang harus ditingkatkan. Nilai mengacu pada karakter

    V.      KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Dari pembahasan pada bab-bab di atas, diperoleh kesimpulan bahwa berdasar pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika, dapat diketemukan nilai yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, dan juga diketemukan nilai yang harus dipertahankan karena telah dipandang baik.
B.     Saran
Setelah nilai pada masing-masing tipe kepribadian didapatkan, maka dikembangkan model pembelajaran yang menggunakan nilai yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan perangkat pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Mulyadi, Indra, SBY : Pendidikan Karakter Sangat Penting, Kompas, 9 Juni 2011.
Darmiyati, 2010, Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif, UNY Press, Yogyakarta .
Dewiyani , 2010, Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gender, Disertasi Program S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.
Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-temperamentsorter , diakses 2 April 2008.
Nuh, M, Sambutan Menteri Pendidikan Nasional pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2012, Rabu, 2 Mei 2012.
Slavin, Robert, 2008, Educational Psychology, Theory and Practice, Allyn and Bacon, Massachussetts.
Solso, Robert L, 2008, Cognitive Psychology, Allyn& Bacon, Needham Heights.

No comments:

Post a Comment