Peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa
yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Tema Hari Pendidikan
Nasional Tahun 2012 ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas Indonesia”. Tema ini
sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan
Nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro. Melalui pembangunan karakter bangsa,
diharapkan dapat menciptakan manusia Indonesia yang unggul. Dalam penelitian
ini, mengembangkan 6 (enam) nilai karakteristik yang wajib tertanam pada setiap
diri mahasiswa.
Karakteristik tersebut ditanamkan melalui proses perkuliahan yang
diselenggarakan selama 1 semester pada Mata Kuliah Matematika 1 di Jurusan PGMI
Fakultas Tarbiyah Tahun Pelajaran 2011-2012. Pada mata kuliah ini, pendidikan
karakter didekati melalui pemecahan masalah, yang merupakan bagian penting yang
harus diajarkan kepada peserta didik. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan
metode inkulkasi (penanaman), yang ditempuh dengan memperhatikan perbedaan pada
masing-masing peserta didik. Di sinilah penggolongan tipe kepribadian akan
bermanfaat untuk menghargai perbedaan, sehingga bermanfaat bagi penunjang
keberhasilan pembelajaran. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran ini adalah peserta
didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, dengan didasari oleh nilai
yang sekaligus akan dapat mendukung pembangunan karakternya, sehingga pada
akhirnya pendidikan karakter dapat tertanam.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Perbedaan Tipe Kepribadian, Matematika 1,
Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini dinilai sebagai salah
satu upaya strategis untuk mengangkat bangsa Indonesia bangkit dari
keterpurukan. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa ketika bangsa
Indonesia mengabaikan pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, maka salah
satu akibatnya ialah tidak adanya daya juang dan dorong dalam diri tiap anak
bangsa yang mempersatukan pemerintah dan rakyat. Menyadari akan pentingnya
pendidikan karakter itu pulalah. Maka pemerintah Republik Indonesia melalui
Mendiknas menjadikan peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun
peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Ada pun tema
Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah “Bangkitnya Generasi Emas
Indonesia”.
Menanggapi ajakan pemerintah Republik Indonesia
tersebut, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam sambutannya pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2012 menyatakan pendidikan secara
umum mempunyai tujuan memanusiakan manusia di samping kemampuan untuk menjawab
berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi masa depan sebagai
keniscayaannya. Sebagai wujud nyata dari tema Hardiknas dan Harkitnas 2012
tersebut, maka Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) menggugah komitmen
seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar melaksanakan pendidikan karakter,
bahkan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi.
Himbauan Kemdiknas ini harus ditanggapi secara cepat dan positif oleh setiap
insan pendidikan pada bidangnya masing-masing, dan harus dicanangkan sebagai
gerakan nasional. Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ,
sebagai salah satu perguruan tinggi yang mengkhususkan diri dalam Pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, dan pusat pembinaan akhlak karimah., menyambut dengan antusias gerakan
nasional tersebut, terutama agar mahasiswa di Jurusan S1 PGMI Fakultas Tarbiyah
tidak hanya mampu menguasai bidang keilmuanya saja untuk kemudian kehilangan
sisi kemanusiaannya, sehingga seolah-olah menjadi robot yang telah hilang nilai
sosialnya.
Sejalan dengan gerakan nasional pendidikan
karakter maka dibeberapa tahun terakhir ini Fakultas Tarbiyah telah merintis
upaya membangun pendidikan karakter bagi mahasiswa yang mengacu kepada adanya
keseimbangan proporsional hard skills dan soft skills.
Pembangunan karakter tersebut di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah, penulis memulai
penerapanya dari kegiatan awal perkuliahan sampai taraf evalusi hasil
perkuliahan, sebuah aktivitas yang dimaksudkan untuk memasukkan nilai-nilai
kecerdasan holistik dan metode baku pembelajaran karakter. Dimana penulis menitik
beratkan pada semangat pengembangan karakter dengan 6 nilai yang menjadi karakteristiknya
yaitu closed to God (dekat dengan Tuhan), the learner (pembelajar),
never give up (pantang menyerah), never complain (tidak mudah
komplain terhadap keadaan), motivator dan be happy (selalu bahagia).
Pada Mata Kuliah Matematika 1, melalui setiap tatap
muka yang diselenggarakan di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah berusaha menanamkan
semangat tersebut melalui
metode inkulkasi (penanaman), yaitu melalui kesadaran bahwa setiap peserta
didik mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga cara belajar maupun
tingkah laku yang dimiliki juga tergantung dari karakter masing-masing.
Perbedaan ini oleh para ahli psikologi diyakini akibat perbedaan tipe
kepribadian. Pada penelitian ini akan menggunakan penggolongan tipe kepribadian
berdasar pada David Keirsey, yang
membagi tipe kepribadian menjadi 4 tipe yaitu tipe Rational, Idealis,
Artisan dan Guardian.
Dengan menggabungkan penelitian yang dilakukan
oleh Dewiyani (2010) maka penanaman pendidikan karakter ini menjadi penting,
karena dapat dibuat terobosan dalam menanamkan pendidikan karakter bagi
mahasiswa yaitu dengan menanamkan pendidikan karakter melalui pemahaman profil
proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika berdasar tipe kepribadian.
B.
Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian di
dalam latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini adalah nilai
pendidikan karakter apa sajakah yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe
kepribadian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah
yang ada, tujuan penting dari penelitian ini adalah menentukan nilai pendidikan
karakter yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian.
II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Inkulkasi (Penanaman) dalam Pendidikan Karakter dan Evaluasi
Pendidikan Karakter.
Generasi muda saat ini memang
sudah menunjukkan banyak perbedaan dibanding generasi masa lalu. Penerus bangsa
saat ini tumbuh dalam alam kemerdekaan, kemajuan teknologi, dan kemudahan hidup
yang sering melenakan moral mereka. Pendekatan pendidikan yang dulu dianggap
efektif, tidak sesuai lagi untuk membangun generasi sekarang dan yang akan
datang. Pada generasi masa lalu, penanaman pendidikan melalui pendekatan
indoktrinatif sudah dianggap memadai untuk menghindarkan generasi muda dari
perilaku yang menyimpang, baik secara kemasyarakatan maupun dari segi agama.
Generasi muda saat ini tidak akan mau menerima doktrin tanpa logika yang dapat
mereka terima. Sikap kritis sudah menyatu dalam pribadi mereka.
Sebagai gantinya, diperlukan
pendekatan pendidikan karakter yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil
keputusan secara mandiri dalam memilih nilai-nilai yang ditawarkan. Idealnya,
pendidikan karakter saat ini sebenarnya tidak dapat terjadi melalui strategi
tunggal, namun memerlukan multipendekatan atau sering disebut pendekatan
komprehensif oleh Kirschenbaum (dalam Darmiyati, 2010).
Darmiyati (2010) mengatakan,
istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan karakter mencakup berbagai
aspek. Pertama, isinya harus komprehensif, meliputi semua permasalahan yang
berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan
mengenai etika secara umum. Kedua, metodenya harus komprehensif.
Termasuk di dalamnya
inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, penyiapan generasi muda agar
dapat mandiri dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral
secara bertanggung jawab dan berbagai ketrampilan hidup (soft skills).
Ketiga, pendidikan karakter
hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, dalam kegiatan
ekstrakurikuler, dalam proses bimbingan dan penyuluhan, dalam upacara-upacara
pemberian penghargaan dan semua aspek kehidupan. Keempat, pendidikan karakter
hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat. orang tua, pemuka agama,
penegak hukum, dan organisasi kemasyarakatan semua perlu berpartisipasi dalam
pendidikan karakter. Konsistensi semua pihak dalam melaksanakan pendidikan
karakter mempengaruhi generasi muda.
Darmiyati (2010), juga menyatakan
pendekatan inkulkasi (penanaman) nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1)
mengkomunikasikan kepercayaan disertai alasan yang mendasarinya, (2)
memperlakukan orang lain secara adil, (3) menghargai pandangan orang lain, (4)
mengemukakan keragu-raguan atau perasaan tidak percaya disertai dengan alasan
dan rasa hormat, (5) tidak sepenuhnya mengontrol lingkungan untuk meningkatkan
kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang dikehendaki, dan mencegah
kemungkinan-kemungkinan penyampaian nilai-nilai yang tidak dikehendaki, (6)
menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki,
tidak secara ekstrim, (7) membuat aturan, memberikan penghargaan dan memberikan
konsekuensi disertai alasan, (8) tetap membuka komunikasi dengan pihak yang
tidak setuju, (9) memberikan kebebasan bagi adanya perilaku yang berbeda-beda, apabila
sampai pada tingkat yang tidak dapat diterima, diarahkan untuk memberikan kemungkinan
berubah.
Selain itu, Darmiyati (2010)
menyatakan bahwa pendekatan karakter tidak boleh menggunakan metode
indoktrinasi, yang memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang dengan inkulkasi
seperti tersebut di atas.
Dalam penelitian ini,
penanaman pendidikan karakter akan diterapkan pada mata kuliah matematika 1 semester
2 (dua) di Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati cirebon tahun
pelajaran 2011-2012, melalui pendekatan inkulkasi (penanaman).
Setelah pendekatan inkulkasi
sebagai modal dasar bagi terbentuknya model pembelajaran telah ditentukan, maka
langkah selanjutnya perlu dipikirkan evaluasi agar dapat diketahui ketercapaian
tujuan. Darmiyati (2010), mengatakan secara lengkap, tujuan pendidikan karakter
harus meliputi tiga kawasan yaitu pemikiran/penalaran, perasaan dan perilaku.
Supaya tujuan pendidikan karakter yang berujud perilaku yang baik dapat
tercapai, peserta didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam
permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan.
B. Nilai-nilai Target Pendidikan Karakter di Jurusan
S1 PGMI Fakultas Tarbiyah
Terdapat cukup banyak nilai karakter atau akhlak
mulia yang harus diimplemantasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia,
maupun dengan alam semestanya. Jika nilai-nilai ini bisa direalisasikan dalam
kehidupan manusia, maka akan dihasilkan manusia yang paripurna dan terciptalah
kehidupan yang bermartabat.
Nilai-nilai target pendidikan karakter di Jurusan
PGMI fakultas Tarbiyah yang telah dikembangkan dan dilaksanakan pada kegiatan perkuliahan
khususnya Mata Kuliah Matematika 1 selama ini adalah :
1.
Close to God (dekat dengan Tuhan)
Kandungan dari semangat karakter yang pertama adalah
penguatan pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan mahasiswa, dengan
mengingatkan kembali bahwa di bumi ini hanya Tuhan yang bisa membuat hal yang
tidak mungkin menjadi mungkin. Jika
seorang pribadi dekat dengan pencipta-Nya, pasti dia akan menjalankan apa yang
baik dan menghindari hal-hal yang memang harus di hindari, dengan demikian
mahasiswa diharapkan mampu meneladani sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri.
2. Eager Learner (Pembelajar Tangguh)
Kandungan
nilai kedua menyebutkan bahwa jadilah manusia yang senantiasa rendah hati (be
humble) dan terus memiliki sifat pembelajar, karena di atas langit masih
ada langit lagi. Sebagai mahasiswa calon pemimpin bangsa menyadari bahwa
sebagai manusia mereka bukanlah mahluk yang sempurna. Sebagai perumpaan peserta
diajak mengingat dan menengok sejenak pada sebuah gelas.
Ketika
kita menuangkan air ke dalam gelas yang sudah terisi penuh dengan air, apa yang
terjadi? air pasti akan tumpah, hal ini menggambarkan kesamaan dengan diri kita.
Jika seseorang ingin untuk mendapatkan ilmu/ pengalaman baru dalam kehidupan, berusahalah
untuk menjadi gelas kosong. Harapan yang lebih tinggi adalah janganlah merasa
cukup hanya sekedar menjadi gelas namun jadilah gentong (tempat menampung air)
yang lebih besar dari gelas. Jadilah sumber air bagi sesamamu. Mahasiswa di
harapkan bertanya pada diri masing-masing, sudahkah selama ini kita
mengosongkan gelas bahkan berusaha untuk membesarkan?.
3. Never
Give Up (Pantang Menyerah)
Kandungan karakter
berikutnya, yaitu nilai ke-3 memberikan penguatan pada diri mahasiswa untuk
tidak mudah menyerah. Mahasiswa diberikan sebuah pertanyaan, pernahkah
mendengar cerita penemu lampu? Thomas Alfa Edison, sang penemu lampu sebelum
bisa menciptakan lampu Thomas Alfa Edison telah melewati 9.998 kegagalan
sebelum akhirnya berhasil. Refleksi pada diri denga mencoba membayangkan jika
ketika itu Thomas Alfa Edison menyerah di percobaan ke 9.997 maka bisa
dibayangkan gelapnya dunia waktu malam hari saat ini dan saat-saat mendatang,
belajar dari semangat inilah maka mahasiswa diharapkan selalu melakukan yang
terbaik dan tidak mudah menyerah dengan keadaan.
4. Never Complain (Pantang Mengeluh)
Sebagai
pemimpin kita tidak boleh mengeluh dalam segala hal, inilah yang diajarkan pada
karakter ke-4. Mengeluh bukanlah hal yang dapat menyelesaikan sebuah masalah,
bisa jadi mengeluh malah membuat sebaliknya, membuat semakin keruh suasana.
5. Motivator
Sebagai
calon pemimpin bangsa masa depan, mahasiswa harus mampu menjadi penyemangat
atau motor penggerak bagi orang di sekitar kita, menjadi sumber energi bagi
suatu organisasi, minimal dapat berguna bagi orang lain seperti halnya sebuah
generator. Pada akhirnya semangat ke 5 ini memberikan pemicu kepada mahasiswa
bahwa membuat orang lain menjadi senang/ berhasil karena kita, itu akan menjadi
kepuasan tersendiri bagi diri sendiri, kepuasan yang tidak ternilai (not
valueable with money). Menghindari sifat egois, dan senantiasa mengingat
bahwa sepandai-pandainya kita dan sekaya-kayanya kita akan tetapi jika itu
hanya kita lakukan untuk diri kita sendiri maka akan sia sia belaka. Menurut
kata hukum tabur tuai yang sering kita dengar, semakin banyak kita menabur maka
semakin banyak kita menuai (tergantung dari benih kita, benih yang jahat atau
benih yang baik), maka jadilah motivator.
6. Be Happy
Kandungan
nilai karakter yang terakhir, bahwa hidup ini penuh dinamika, maka hendaknya
mahasiswa selalu menghadapi dengan senyuman dan dengan bahagia, karena happy
adalah obat yang paling mujarab untuk segala penyakit termasuk penyakit
yang paling parah (sakit hati) dengan tersenyum dan menyenangkan suasana hati
akan timbul semangat dan energi yang baru untuk membuat dunia ini semakin
indah. Mahasiswa diminta membayangkan, jika suatu ketika mereka memimpin sebuah
rapat sambil marah, didukung dengan suasana sangat panas dan tegang, para
peserta rapat pasti tidak nyaman, tidak enjoy dan hasil dari rapat
tersebut tidak akan maksimal. Maka, jadikanlah hidup dengan senantiasa
berbahagia.
C. Profil Proses Berpikir
Slavin (2008) mengungkapkan arti teori pemrosesan
informasi sebagai teori kognitif yang menggambarkan proses, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali dari pikiran manusia. Dengan menggunakan teori pemrosesan
informasi, maka pada penelitian kali ini, proses berpikir peserta didik dapat
digambarkan sebagai kegiatan mental yang dilakukan oleh peserta didik pada saat
peserta didik menerima informasi dari luar dirinya, mengolah informasi,
menyimpan informasi, dan memanggil kembali informasi dari dalam ingatan ketika
informasi dibutuhkan, untuk menyelesaikan masalah matematika.
Untuk mengetahui proses berpikir pada diri subjek,
terdapat beberapa tanda atau ciri yang akan digunakan, yaitu : pengamatan
terhadap tampak luar (meliputi gerakan badan, ekspresi wajah), dan dari hasil
pekerjaan yang dilakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewiyani (2010)
menyatakan bahwa setiap peserta didik mempunyai profil proses berpikir yang
berbeda, yang seharusnya dihargai oleh setiap pendidik. Jadi, sebagai pendidik
tidak seharusnya memaksakan suatu cara dalam memahami suatu materi perkuliahan,
atau suatu cara dalam menyelesaikan masalah, namun menghargai proses berpikir
bagi setiap peserta didiknya. Harus diwaspadai bahwa antara proses berpikir
pesera didik dan proses berpikir pendidik tidaklah sama, dan pendidik tidak
boleh menghakimi peserta didik sebagai bodoh, lamban mengerti dan sebagainya,
hanya karena tidak mampu memahami proses berpikir yang digunakan pendidik.
Justru seharusnya pendidiklah yang harus dapat memahami proses berpikir
masing-masing peserta didik, hingga peserta didik berhasil dalam memahami suatu
materi atau menyelesaikan suatu masalah.
Dalam pendekatan inkulkasi (penanaman)
pendidikan karakter, pemahaman profil proses berpikir ini menjadi sangat
penting, karena penanaman pendidikan karakter pada diri peserta didik tidak
diperbolehkan menggunakan pendekatan indoktrinasi, namun pendidik harus dapat
menanamkan nilai-nilai target pendidikan karakter tersebut secara nalar yang
dapat diterima oleh peserta didik menggunakan proses berpikirnya, hingga
peserta didik meyakini kebenaran akan nilai tersebut, dan mau melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tipe Kepribadian
Sebagai seorang pendidik, tentunya sangat umum
dijumpai suatu situasi dimana sebagian peserta didik sudah siap untuk
memecahkan masalah matematika yang diberikan oleh pendidik, sementara sebagian
yang lain, bahkan tidak mengerjakan sama sekali. Di dalam dunia pendidikan,
perbedaan tingkah laku maupun sifat, sangat nampak nyata terhadap insan-insan
yang berperanan di dalamnya.
Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi
sering disebut sebagai Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran
tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. Pada tahun 1984 David
Keirsey, seorang professor dalam bidang psikologi dari California State
University, menggolongkan kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Guardian, Artisan, Rational dan Idealist. Penggolongan ini didasarkan
pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (Extrovert atau Introvert),
bagaimana seseorang mengambil informasi (Sensing atau Intuitive),
bagaimana seseorang membuat keputusan (Thinking atau Feeling) dan
bagaimana gaya dasar hidupnya (Judging atau Perceiving). Tentunya
masing-masing tipe kepribadian tersebut akan mempunyai perbedaan dalam memahami
pendidikan karakter yang akan dijumpainya.
Sementara itu, Dewiyani (2010) dalam penelitiannya
menemukan profil proses berpikir masing-masing tipe kepribadian dalam
memecahkan masalah ternyata berbeda, misalnya dalam memahami masalah, sebagai
langkah awal dalam menyelesaikan masalah, tipe Rational melakukannya
sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, kemudian
disimbolkan, sementara itu, tipe Idealist melakukannya sesuai urutan
kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, dan menggerak-gerakkan
bolpoin, sedang tipe Artisan melakukannya sesuai urutan kalimat pada
soal, dengan mengambil inti kalimat, dan banyak melakukan gerakan tubuh, dan tipe
Guardian melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna
kalimat, memberi tanda pada bagian yang penting. Dari salah satu langkah pemecahan
masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian mempunyai profil proses
berpikir yang berbeda.
Pemahaman perbedaan pada masing-masing tipe
kepribadian ini juga harus dikuasai oleh pendidik, untuk menjadi bekal bagi
pendidik dalam pendekata inkulkasi pendidikan karakter yang akan dilaksanakan
dalam mata kuliah Matematika 1 pada penelitian ini.
III. METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan nilai target pendidikan karakter
yang akan ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu pada bidang kurikuler,
maka digunakan penelitian dengan jenis kualitatif yang bersifat eksploratif.
Penelitian jenis kualitatif dipilih karena penentuan profil berpikir
mahasiswa dan penentuan nilai target pendidikan karakter berlatar alamiah dan
instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri. Bersifat eksploratif,
karena hendak ditelusuri nilai target pendidikan karakter mahasiswa.
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan subjek penelitian,
menentukan instrumen bantĂș penelitian, membuat prosedur pengumpulan data dan
melakukan analisis data. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan fenomena
dalam keadaan yang sesungguhnya (natural setting).
Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa
dengan tipe kepribadian tertentu dalam menampakkan nilai pendidikan karakter
yang ada dalam dirinya, pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan
masalah. Situasi mahasiswa akan ditinjau dari penentuan nilai kepribadian yang
telah ditetapkan untuk diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil
pengamatan terhadap masing-masing tipe kepribadian pada saat menyelesaikan
masalah matematika, dan hasil pekerjaan yang ada, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Tipe Rational
Tabel 4.1.
Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus
dikembangkan dari tipe Rational.
Hasil Pengamatan
|
Hasil Analisis
|
Nilai Karakter
|
Langsung mengerjakan
soal, tanpa dimulai dengan doa
|
§
Tidak memulai dari doa
|
(+) Eager the learner
(-) Close to god
|
Segera berusaha untuk
menyelesaikan masalah dengan serius, tanpa membuang waktu.
|
§ Serius.
§ Fokus pada tujuan.
§ Bekerja sendiri, tidak memperhatikan
teman lain.
|
(+) Eager the
learner
(-) Motivator
|
Menuliskan kembali
informasi yang dianggap penting untuk
digunakan dalam
penyelesaian
masalah, dengan bantuan
variabel.
|
§ Cermat dalam mengorganisasikan
hal penting.
§ Mempunyai abstraksi yang tinggi.
|
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
|
Memiliki prosedur penyelesaian
masalah tanpa tanpa terpancang
pada materi tertentu yang pernah
didapatnya.
|
§ Memiliki daya kreativitas tinggi.
§ Mengerjakan dengan keseriusan tinggi.
|
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(-) Be happy
|
Setelah selesai menyelesaikan
masalah, memeriksa kembali cara
penyelesaian, dengan mengubah
urutan penyelesaian.
|
|
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(+) Never
complain
(-) Be happy
|
2. Tipe Idealist
Tabel 4.2.
Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus
dikembangkan dari tipe Idealist.
Hasil Pengamatan
|
Hasil Analisis
|
Nilai Karakter
|
Langsung mengerjakan
soal, tanpa dimulai dengan doa
|
Tidak memulai dari doa
|
(-) Close
to god
|
Berusaha untuk mengerjakan
soal dengan sebaik mungkin.
|
Menyukai kesempurnaan
|
(+) Never give up
(-) Motivator
|
Membaca soal tidak
secara
urut, namun pada
pertanyaan
terlebih dahulu.
|
Ingin mengetahui
terlebih
dahulu tugas pokok yang
harus diselesaikannya.
|
(-) Eager the
learner
(+) Never
complain
(+) Never give up
|
Menuliskan kembali
informasi yang dianggap
penting untuk digunakan
dalam penyelesaian masalah,
tanpa bantuan variabel,
|
Cermat dalam
mengorganisasikan hal penting.
|
(+) Never give up
(-) Motivator
|
Tidak memandang penting
rencana pemecahan masalah..
|
Lebih menyukai segera
menyelesaikan masalah,
agar
pekerjaan segera dianggap selesai.
|
(-) Eager the
learner
(+) Never
complain
|
Setelah menyelesaikan masalah,
tipe ini mencoba untuk memeriksa jawaban dengan teman lainnya. Ketika terjadi
perbedaan jawaban, tipe ini tetap meyakini kebenaran
jawabannya dan tidak berusaha
untuk mengulang kembali perhitungan.
|
§ Menghendaki
kesempurnaan jawaban.
§ Kurang mampu menerima pendapat
orang lain
|
(+) Eager the
learner
(+) Never give up
(+) Never
complain
(-) Be happy
(-) Motivator
|
3.
Tipe Guardian
Tabel 4.3.
Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus
dikembangkan dari tipe Guardian.
Hasil Pengamatan
|
Hasil Analisis
|
Nilai Karakter
|
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
|
Tidak memulai dari doa
|
(-) Close to god
|
Segera berusaha untuk bergabung
dengan suatu kelompok dan dengan sangat aktif berusaha untuk
meleburkan diri dengan kelompoknya.
|
§ Pandai bergaul.
§ Sifat sosial tinggi.
|
(+) Motivator
(+) Be happy
|
Membaca soal secara
urut, namun tidak semua dibaca secara utuh, beberapa dilewati
|
Kurang teliti.
|
(-) Eager the learner
(+) Motivator
|
Mencari inti kalimat agar
dapat memahami masalah
|
Mempunyai analisis yang
baik.
|
(+) Never give up
|
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal, namun
hanya mengatakannya
kepada teman sekolompoknya.
|
Kurang menyukai hal yang
detail dan teratur
|
(-) Eager the learner
(+) Motivator
|
Setelah selesai
menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah
dilakukan, bersama dengan teman sekelompoknya
|
Tidak mementingkan
kesempurnaan jawaban,
telah
merasa puas dengan
hasil
yang ada.
|
(-) Eager the
learner
|
Setelah masalah
dianggap selesai dikerjakan, maka tipe ini segera menggunakan waktu untuk
berbincangbincang dengan teman
sekelompoknya, dan kehadirannya
mampu membuat kelompok menjadi antusias.
|
Sifat sosial dan kemampuan
beradaptasi tinggi.
|
(+) Motivator
(+) Be happy
|
4. Tipe
Artisan
Tabel 4.4.
Hasil pengamatan, hasil analisis dan nilai yang telah dimiliki dan harus
dikembangkan dari tipe Artisan
Hasil Pengamatan
|
Hasil Analisis
|
Nilai Karakter
|
Langsung mengerjakan soal,
tanpa dimulai dengan doa
|
Tidak memulai dari doa
|
(-) Close to god
|
Segera berusaha untuk membentuk
kelompok, membagi tugas, dan memimpin diskusi dalam kelompok.
|
§ Berjiwa pemimpin.
§ Mampu mengatur teman sebaya.
§ Mampu memotivasi teman.
|
(+) Motivator
(+) Be happy
|
Membaca soal secara urut dan utuh
|
Berpikir secara
sintesis dan teratur
|
(+) Never give up
(+)Never complain
(+) Motivator
|
Tidak membuat catatan tentang
informasi penting yang didapat dari hasil pemahaman soal.
|
Kurang menyukai hal
yang detail dan teratur
|
(-) Eager the learner
|
Mempunyai rencana pemecahan masalah yang matang.
|
Menyukai kesempurnaan
|
(+) Never give up
(+) Never
complain
|
Setelah selesai
menyelesaikan masalah, memeriksa kembali hanya pada perhitungan yang telah
dilakukan.
|
§ Menghendaki
kesempurnaan jawaban.
§ Tidak mudah putus asa.
|
(+) Never give up
(+) Motivator
|
Keterangan :
(+) nilai yang harus dipertahankan.
(-) nilai yang harus ditingkatkan. Nilai
mengacu pada karakter
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari
pembahasan pada bab-bab di atas, diperoleh kesimpulan bahwa berdasar pemahaman
profil proses berpikir dalam memecahkan masalah matematika, dapat diketemukan
nilai yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, dan juga
diketemukan nilai yang harus dipertahankan karena telah dipandang baik.
B. Saran
Setelah nilai
pada masing-masing tipe kepribadian didapatkan, maka dikembangkan model
pembelajaran yang menggunakan nilai yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan
perangkat pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Mulyadi, Indra, SBY : Pendidikan Karakter Sangat Penting, Kompas,
9 Juni 2011.
Darmiyati,
2010, Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif, UNY Press, Yogyakarta
.
Dewiyani
, 2010, Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gender, Disertasi Program
S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.
Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-temperamentsorter
, diakses 2 April 2008.
Nuh,
M, Sambutan Menteri Pendidikan Nasional pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional
tahun 2012, Rabu, 2 Mei 2012.
Slavin, Robert, 2008, Educational
Psychology, Theory and Practice, Allyn and Bacon, Massachussetts.
Solso,
Robert L, 2008, Cognitive Psychology, Allyn& Bacon, Needham Heights.
No comments:
Post a Comment