Konsep Multiple
Intelligences ditarik
dalam ranah
pendidikan. Paradigma pendidikan mengalami
banyak koreksi. Hampir mayoritas pendidikan di sekolah cenderung kurang
menghargai seluruh
potensi para peserta didik. Konsep
Multiple Intelligences yang
menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan
kelebihan peserta didik. Pembelajaran di sekolah hanya melihat dari kecerdasan intelektualnya. Kecerdasan
tersebut, dikenal dengan kecerdasan rasional dengan
melakukan tes IQ.
Kecerdasan intelektual cenderung menggunakan kemampuan logis matematis dan linguistik. Tujuan
penelitian yaitu untuk
mengetahui kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistik antara siswa
laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif dengan jenis masalah yang dikaji yaitu komparatif terhadap kecerdasan logis matematis dan kecerdasan
linguistik antara siswa laki-laki dengan perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa uji
hipotesis dengan α = 0,05 diperoleh bahwa nilai thitung sebesar
1,447 dan nilai ttabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 2,024. Hal
ini menunjukkan bahwa t-hitung < ttabel maka berdasarkan kriteria uji-t dua sampel H0 diterima
dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan kecerdasan logis
matematis siswa laki-laki dengan perempuan. Dan untuk kecerdasan linguistiknya
diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 0,826 dan nilai ttabel dengan
taraf signifikan 5% sebesar 2,024 hal ini menunjukkan bahwa t-hitung < ttabel. Jadi, tidak ada
perbedaan yang signifikan kecerdasan linguistik antara siswa laki-laki dengan
perempuan.Kata Kunci. kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistik
1.
Pendahuluan
Kecerdasan yang dimiliki peserta didik merupakan salah
satu anugrah besar dari Allah SWT yang menjadikannya sebagai salah satu
kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya,
manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya
yang semakin kompleks, melalui proses berpikir dan belajar secara terus
menerus.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, orang tidak hanya berbicara tentang kecerdasan umum,
kecerdasan intelektual (IQ) saja, melainkan juga kecerdasan emosi (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ). Setiap kecerdasan ini mempunyai wilayahnya
sendiri-sendiri diotak. Gardner (2013) menyatakan bahwa otak manusia setidaknya
menyimpan sembilan jenis kecerdasan yang disepakati, sedangkan selebihnya masih
misteri, yaitu terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis,
kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan
eksistensialis. Dari sembilan kecerdasan tersebut Gardner menyebutnya sebagai
kecerdsan majemuk (Multiple Intelligences).
Pengertian dari sembilan kecerdasan di atas menurut
Iskandar (2012:54-56) adalah sebagai berikut: kecerdasan linguistik memuat
kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara
tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya. Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam
berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berfikir menurut aturan
logika, memahami dan menganalisa pola angka-angka serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir. Kecerdasan spasial memuat kemampuan
seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Kecerdasan kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai
masalah. Kecerdasan musik memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap
suara-suara non verbal yang berada disekelilingnya. Kecerdasan interpersonal
menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
dirinya sendiri. Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan seseoarang siswa
(peserta didik), guru (pendidik) untuk peka terhadap lingkungan alam.
Kecerdasan
erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimilki oleh individu. Ada
kecenderungan perbedaan kemampuan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
motivasi, hasil, dan prestasi belajar terutama di bidang matematika. Sudah
sejak lama pula cara berpikir laki-laki dan perempuan dianggap berbeda, selama
ini laki-laki lebih dicirikan dengan cara berpikir yang logis sedangkan
perempuan dengan cara pikir yang lebih melibatkan emosi (Rafianti, 2010:5).
Menurut
Gardner dalam praktinya menunjukkan bahwa anak laki-laki mempunyai kemampuan
tinggi untuk melakukan percobaan dan secara konstan merumuskan dan menguji
hipotesis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dunia sekitarnya. Pada
aktifitas persepsi musik, misalnya, ada anak laki-laki yang tertarik pada
bagaimana bel logam dapat menghasilkan suara berbeda. Untuk mengungkapkan
fenomena ini, dia meneliti perbedaan dalam getaran belnya setelah memukulnya
dengan pemukul kayu (Gardner, 2013:159-160).
Dari
peristiwa diatas yang diperkuat oleh Eisen Berg, Martin dan Fabes dalam
Santrock mengatakan bahwa, ada temuan yang beragam dalam soal kemampuan
matematika. Dalam beberapa analisis anak laki-laki lebih bagus dalam matematika
dan ini telah lama menjadi perhatian. Namun, secara keseluruhan perbedaan
gender dalam soal keahlian matematika ini cenderung kecil. Pernyataan seperti “
laki-laki unggul dibanding perempuan dalam bidang matematika” seharusnya tidak
dipahami sebagai klaim bahwa semua laki-laki lebih unggul diatas perempuan
dalam bidang matematika (Santrock : 188).
Ada
ulasan dari Maccoby dan Jacklin dalam Santrock terhadap perbedaan dan persamaan
gender yang dilakukan pada era 1970an menunjukkan bahwa anak perempuan punya
kemampuan verbal yang lebih baik dibanding anak laki-laki. Akan tetapi,
analisis yang lebih baru menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus hanya ada
sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan
dalam keahlian verbal (Santrock : 188).
Ahli antropologi
Margaret Mead dalam Armstrong yang dikutip oleh Isna Rafianti juga menyatakan
bahwa kaum perempuan mengalahkan kaum laki-laki dalam perilaku linguistik
(Rafianti, 2010: 3).
Kecerdasan logis
matematis dan kecerdasan linguistik adalah kecerdasan yang menjamin
keberhasilan dalam tes-tes IQ dan SAT (Student Aptitude Test = Tes Bakat
Kecerdasan Siswa) karena mereka adalah kecerdasan yang menjadi sasaran tes
ketika pertama kali tes-tes itu dirancang. Selain itu, menurut Gardner
(2013:71) tes IQ juga mengukur ketrampilan yang berharga dalam prestasi tugas
yang berkaitan dengan sekolah, semuanya menyediakan perkiraan yang dapat
diandalkan mengenai sukses atau gagal di sekolah.
Sedangkan Matematika itu sendiri, berkenaan
dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara heararkis dan
penalarannya deduktif. Oleh karena itu, dalam belajar matematika akan menjumpai
ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hearkis dan saling
berhubungan, dimana konsep sebelumnya menjadi prasyarat agar dapat memahami
konsep-konsep selanjutnya. Jadi, pemahaman akan konsep didalam pembelajaran
matematika sangat diperlukan.
Belajar matematika akan efektif jika
pembelajaran matematika yang diberikan memperhatikan dan sesuai dengan kesiapan
kecerdasan siswa. Dengan belajar matematika dapat melatih otak seseorang untuk
berfikir dan bernalar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecerdasan. Jenis
kecerdasan yang dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempenagruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
Kecerdasan
logis-matematis (logika matematika) juga terkait erat dengan kecerdasan
linguistik, terutama dalam kaitananya dengan penjabaran alasan-alasan logis
matematis (logika matematika). Gardner menjelaskan bahwa Seseorang dengan
kecerdasan logis-matematis (logika matematika) menonjol, dapat
mengkonstruksikan sebuah solusi sebelum hal itu diartikulasikan. Gardner
mengkategorikan kecerdasan logika-matematika seseorang kerapkali tak hanya
mengandalkan keterampilan seseorang menganalisis, melainkan juga sebuah
kemampuan intuitif menuju sebuah jawaban atau solusi (Gardner: 1993:34).
Berdasarkan alasan tersebut
di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
tingkat kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistik antara siswa
laki-laki dengan perempuan.
2.
Kajian Pustaka
2.1.
Perbedaan Otak laki-laki dan Perempuan
Perbedaan otak laki-laki dan perempuan muncul karena
hormon yang mempengaruhinya berbeda, jadi ini terjadi karena pengaruh
fisiologis. Selain lebih besar, otak anak
laki-laki berkembang lebih cepat daripada otak anak perempuan. Walaupun demikian, ada sebagian ahli yang
mengatakan bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan tidak hanya terletak pada
perbedaan fisik dan fungsi reproduksi. Hal ini dipengaruhi juga oleh lingkungan
sosial dan pengalaman pribadi masing-masing.
Menurut Nurhidayat dalam Isna Rafianti ada beberapa
perbedaan pada laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Perbedaan Laki-laki dan
Perempuan dalam hal kemampuan otak
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan diberi kemampuan sensori yang lebih peka daripada laki-laki. Sebagai
calon ibu, perempuan tentunya memerlukan keterampilan untuk menangkap
perubahan suasana hati dan sikap paling halus dari orang lain.
|
Laki-laki tidak cukup lama berada di rumah, laki-laki kurang memiliki
waktu untuk belajar membaca tanda-tanda nonverbal atau cara berkomunikasi
interpersonal.
|
Perempuan memiliki sudut pandang lebih luas dari laki-laki. Sehingga bisa
lebih detail dalam melukiskan warna.
|
Laki-laki
bisa melihat dengan lebih jelas dan akurat objek yang berada tepat
didepannya.
|
Hormon estrogen memungkinkan perempuan mengidentifikasi pasangan benda,
dan mengingat tempat benda-benda dalam pola yang kompleks.
|
Pandangan laki-laki terkonfigurasi untuk jarak jauh, sehingga mereka
kesulitan untuk menemukan barang-barang yang dekat dengannya.
|
Perempuan lebih unggul dalam menyatukan dan menerjemahkan sinyal verbal,
visual dan lain-lain
|
Laki-laki tidak memiliki kepekaan untuk mengenali ketidakselarasan antara
sinyal verbal dan nonverbal.
|
Perempuan lebih peka dalam membedakan perubahan nada, volume, dan tekanan
suara. Definisi dan makna kata menjadi kurang penting, karena perempuan lebih
mengutamakan intonasi suara untuk mendapatkan makna kata dan bahasa tubuh
untuk mengenali muatan emosional.
|
Ketika berbicara laki-laki lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat
pendek dan labih terstruktur daripada perempuan. Pada umumnya laki-laki
menyampaikan kalimat awal yang sederhana, dengan tujuan yang jelas dan
diakhiri dengan kesimpulan. Sehingga laki-laki menjadi lebih tegas darapada
perempuan.
|
Cara perempuan untuk melepaskan persoalan dari pikirannya adalah dengan
cara membicarakan persoalan itu
|
Kemampuan laki-laki dalam melihat lebih efektif daripada mendengar.
|
(sumber:
Rafianti, 2010)
Dari
perbedaan-perbedaan yang telah dipaparkan di atas, baik perbedaan dalam hal
otak secara biologis, fisiologis, maupun secara kognitif otomatis akan
membedakan pula kecerdasan antara laki-laki dengan perempuan.
2.2.
Multiple Intelligensi
Kecerdasan merupakan
salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya
sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir
dan belajar secara terus menerus.
Menurut Danah Zohar dalam Iskandar (2012:52-53),
bentuk kecerdasan manusia itu banyak dan tak terbatas, namun dapat dihubungkan
kepada tiga kecerdasan IQ, EQ dan SQ. Manusia memiliki tiga kecerdasan yaitu
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Ketiga-tiga
kemampuan sangat membantu seseorang dalam meningkatkan kualitas diri,
mengabaikan salah satu kemampuan tersebut menyebabkan individu dililit masalah
secara pribadi maupun sosial masyarakat. Selama ini masyarakat mempercayai dan
mengagung-agungkan akan arti kecerdasan intelektual bahwa jika seseorang
memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut
memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding orang lain.
Pada kenyataannya, ada banyak kasus
dimana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi
tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah.
Ternyata IQ (Intelegent Quontient) yang tinggi tidak menjamin seseorang
akan meraih kesuksesan.
Sebenarnya hingga saat
ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan
yang komprehensif tentang kecerdasan.
Intelegensi atau kecerdasan menurut Iskandar adalah
sebuah konsep yang dioperasionalisasikan dengan suatu alat ukur, dan keluaran
dari alat ukur inilah yang berupa IQ (Iskandar, 2012:59).
Kecerdasan itu sebagai potensi biopsikologi. Artinya,
semua anggota jenis makhluk hidup yang bersangkutan mempunyai potensi untuk
menggunakan sekumpulan bakat kecerdasan yang dimiliki oleh jenis makhluk itu
(Gardner, 2013:67).
Sedangkan kecerdasan menurut Gardner dalam Azwar
(1996:30) adalah :
a) Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
b) Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk
dipecahkan.
c) Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu
yang bermanfaat didalam kehidupannya.
Sedangkan menurut Sternberg dkk menemukan bahwa
konsepsi orang awam mengenai inteligensi mencakup tiga faktor kemampuan utama, yaitu (a) kemampuan
memecahkan masalah–masalah praktis yang berciri utama adnya kemampuan berfikir
logis, (b) kemampuan verbal (lisan), yang berciri utama adanya kecakapan berbicara dengan jelas dan lancar, dan (c)
kompetensi sosial yang ber ciri
utama adanya kemampuan untuk menerima
orang lain sebagaimana adanya (Azwar,
1996:7).
Dari penjelasan di atas, kecerdasan adalah kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan mencari serta
memecahkan jalan keluar sampai masalah itu selesai dengan cara menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Multiple
Intelligences adalah istilah atau
teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti “kecerdasan
ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate
School Of Education, Harvad University, Amerika Serikat (Haddar,
2010: 17).
Menurut Gardner dalam
bukunya Frame of Mind: The Theory of
Multiple Intelligences yang dikutip oleh Prawiradilaga dan Siregar (2007:
59) kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur: kecerdasan logis matematis,
kecerdasan bahasa/linguistik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani, kecerdasan
musical, kecerdasan naturalis.
Untuk lebih jelasnya,
dibawah ini merupakan definisi dari masing-masing kecerdasan tersebut :
a) Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang
dalam menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Kecerdasan ini juga meliputi pola dan hubungan logis, berpikir logis,
pernyataan dan dalil-dalil, fungsi logika dan kemampuan abstraksi-abstraksi
lainnya.
b) Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dan
menggunakan bahasa dan kata-kata secara efektif, baik secara tertulis maupun
lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya.
c) Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan
memersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang
lain.
d) Kecerdasan intrapersonal
menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mamahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
e) Kecerdasan spasial-visual memuat kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan dunia spasial-visual secara akurat, dan kemampuan
menstransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut dalam berbagai aspek
kehidupan.
f)
Kecerdasan
kinestetik merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk
menciptakan sesuatu dan kemampua-kemampuan fisik yang spesifik, seperti
keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan hal-hal yang berkaitan dengan
sentuhan.
g)
Kecerdasan
musical adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal
yang berada disekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
h)
Kecerdasan
Naturalis adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam,
misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung,
cagar alam, atau hutan.(Prawiradilaga dan Siregar. 2007: 61-66 )
Sedangkan menurut
Iskandar (2012:54-56) adalah sebagai berikut: Kecerdasan logis matematis memuat
kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan
berfikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisa pola angka-angka serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Kecerdasan linguistik
memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara
tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang
untuk peka terhadap perasaan orang lain, mereka cenderung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan
lingkungan disekelilingnya. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri, ia cenderung mampu
untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya
sendiri. Kecerdasan spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih
mendalam hubungan antara objek dan ruang. Kecerdasan kinestetik memuat
kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh
tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Kecerdasan musik
memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara non verbal yang
berada disekelilingnya.Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan seseoarang
siswa (peserta didik), guru (pendidik) untuk peka terhadap lingkungan alam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Multiple Intelligences adalah kecerdasan ganda atau majemuk yang
meliputi: kecerdasan
bahasa/linguistik dan kecerdasan logis matematis yang diklasifikasikan dengan
IQ; kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal yang diklasifikasikan
dengan EQ; kecerdasan spasial – visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
musikal, dan kecerdasan naturalis yang diklsifikasikan
dengan SQ.
2.3.
Karakteristik Kecerdasan Logis Matematis
Menurut Gardner ada
dua fakta penting mengenai kecerdasan logis matematis. Pertama, dalam diri orang
berbakat, proses dari penyelesaian masalah sering berlangsung amat
cepat-ilmuwan yang sukses memikirkan banyak variabel sekaligus dan membuat
sejumlah hipotesis yang masing-masing dievaluasi dan kemudian diterima atau
ditolak secara bergantian. Kedua, penyelesaian dari suatu masalah dapat disusun
sebelum penyelesaian itu diutarakan. Sebenarnya, proses penyelesaian mungkin
sama sekali tidak tampak, bahkan bagi orang yang menyelesaikan masalah
(Gardner, 2013:43-44).
Menurut Amstrong dalam
Salim Haddar kecerdasan logis matematis dapat diwujudkan dalam bentuk
menghitung, membuat kategorisasi atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah
dengan proses ilmiah, membuat analogi dan sebagainya (Haddar, 2010: 60).
Iskandar (2012:54) kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang
memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif,
kemampuan berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisa pola
angka-angka serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Kecerdasan logis matematis menurut Salma dan Eveline
adalah kecerdasan yang memuat kemampuan seseorang dalam menggunakan angka
dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kecerdasan ini juga meliputi
pola dan hubungan logis, berpikir logis, pernyataan dan dalil-dalil, fungsi
logika dan kemampuan abstraksi-abstraksi lainnya (Prawiradilaga dan Siregar,
2007:62-63).
Menurut Saifullah
(2004: 30) bahwa kecerdasan logis matematis adalah kemampuan menggunakan angka
dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Berdasarkan Campbell (2006: 40)
bahwa kecerdasan logis matematis melibatkan banyak komponen yaitu perhitungan
secara matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif dan
induktif, dan ketajaman pola-pola dan hubungan-hubungan.
Jenis-jenis proses yang
digunakan dalam pelayanan kecerdasan logis matematis mencakup kategorisasi,
klasifikasi, kesimpulan, generalisasi, penghitungan dan pengujian hipotesis
(Amstrong, 2013:6).
Gaya belajar anak
dengan kecenderungan kecerdasan logis matematis adalah belajar dengan
angka-angka, belajar dengan menggunakan komputer, belajar dengan membuat
hipotesis atau pikiran terlebih dahulu, belajar melalui kasus dan berusaha
mencari jalan keluar (Chatib, 2013:173).
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan dimana seseorang
dituntut untuk mengoperasi suatu bilangan dengan cepat dan tepat, menghitung
angka-angka yang sangat rumit, dapat menganalisis sebab-akibat terjadinya
sesuatu dan mampu merumuskan masalah yang ada sehingga seseorang yang
berkecerdasan logis matematis akan dapat berpikir sesuai dengan hal-hal yang
bersifat rasional.
2.4.
Karakteristik
kecerdasan bahasa/linguistik
Bakat linguistik
bersifat universal, dan perkembangannya pada anak-anak amat mengherankan, tidak
berbeda pada budaya yang berbeda. Bahkan dalam populasi orang tuli dengan
bahasa tanda manual tidak diajarkan secara nyata, anak-anak sering manemukan
bahasa manual mereka sendiri dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi. Jadi,
kecerdasan dapat beroperasi secara tidak tergantung pada input indera spesifik
atau saluran output.
Prediksi oleh para
ahli etimologi bahwa bahasa memiliki umur yang sama dengan umur bumi. Ketika
kehidupan mulai muncul, seiring itu pula kehidupan bahasa mulai ada. Pada
dasarnya, bahasa merupakan media seseorang untuk menyampaikan maksud dan
keinginannya kepada lawan bicara, berupa bahasa tubuh atau hanya gerakan
tangan. Bahasa yang merupakan kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata adalah
kemampuan istimewa pada manusia, yang kemungkinan berasal dari daerah tertentu
yang spesifik pada korteks dibelahan otak sebelah kiri. Benturan keras pada
kepala sebelah kiri dapat menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk mengerti
atau menghasilkan kata-kata yang terucapkan, sedangkan benturan pada kepala
sebelah kanan mungkin tidak (Hardy dan Heyes, 1988:16).
Dengan bagian otak Daerah
Broca yang berfungsi untuk menghasilkan kalimat yang benar secara tata
bahasa. Seseorang yang mengalami kerusakan otak di daerah ini dapat memahami
kata-kata dan kalimat cukup baik tetapi mengalami kesulitan menyusun kata-kata
menjadi kalimat kecuali dalam bentuk yang paling sederhana. Pada waktu yang
sama, proses pemikiran lain mungkin sama sekali tidak terpengaruh (Gardner, 2013:45).
Kecerdasan bahasa
berisi kemampuan untuk berfikir dan menggunakan bahasa dan kata-kata secara
efektif, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda
untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya (Prawiradilaga dan Siregar. 2007: 61).
Bahasa hanya rangkaian
kata dan kata hanyalah rangkaian yang terdiri dari huruf sehingga bahasa
hanyalah rangkaian huruf yang tersusun dengan makna dan maksud tertentu yang
disebut kalimat (Chatib, 2012 :80).
Beberapa pendapat mengenai definisi kecerdasan logis matematis antara
lain : Menurut Syaodih (2007:19)
kecerdasan linguistik adalah kecakapan berfikir melalui kata-kata, menggunakan
bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
Kecerdasan linguistik menurut Amstrong (2013:6) adalah kemampuan untuk
menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan (misalnya: sebagai seorang
orator, pendongeng, atau politisi) maupun tulisan (minyalnya: penair, penulis
naskah drama, editor atau jurnalis).
Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi umumnya ditandai dengan membaca di waktu senggang, menulis karangan yang
bersifat imajinasi, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, mengisi
teka-teki silang dan sebagainya (Prawiradilaga dan Siregar. 2007: 62).
Peserta didik seperti
ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama
orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka
cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam
hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya (Efendi. 2005:
142).
Gaya belajar anak dengan kecenderungan
kecerdasan linguistik adalah biasa belajar dengan cara mengenal huruf, kata dan
kalimat, membaca, menulis, bercerita, melaporkan sesuatu yang menarik,
berbicara didepan umum, merekan dengan media audio, mendengar, menghafal,
bertanya dan berdebat. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa
yaitu: Jurnalis/Wartawan, Penulis, Penyair, Pembicara, Pembaca berita (Efendi.
2005: 142).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dimana seseorang mampu menulis
kata-kata indah, banyak membaca, mengerti bahasa dan kata-kata yang sangat
rumit dan mempunyai kosakata yang luas sehingga seseorang yang berkecerdasan
linguistik mampu mengekspresikan semua
idenya bisa melalui bentuk tulisan bahkan dalam berbicara.`
3.
Metodologi
3.1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Mafatihul Huda. Jumlah siswa kelas
XI MA Mafatihul Huda pada tahun ajaran 2013/2014 seluruhnya berjumlah 155 siswa
yang tersebar dalam 4 kelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 2
Jumlah siswa Kelas XI MA Mafatihul Huda
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah Siswa
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
XI IPA
|
20
|
20
|
40
|
2
|
XI IPS 1
|
16
|
24
|
40
|
3
|
XI IPS 2
|
17
|
23
|
40
|
4
|
XI BAHASA
|
4
|
31
|
35
|
Jumlah keseluruhan
|
155 Orang
|
( Sumber
: Tata Usaha MA Mafatihul Huda)
3.2.
Sampel
Teknik yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan
tujuan penelitian (Margono, 1997:128). Sehingga sampel dalam penelitian ini
adalah kelas XI IPA MA Mafatihul Huda yang berjumlah 40 siswa. Dipilihnya kelas
XI IPA dikarenakan jumlah siswa antara laki-laki dan perempuan seimbang. Selain
itu, kelas IPA adalah kelas yang pada umumnya mempunyai keseriusan dalam
belajar terutama pada mata pelajaran matematika.
3.3.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif. Dapat dikatakan metode
kuantitatif karena data penelitiannya berupa angka–angka dan analisisnya
menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:7).
3.4.
Desain Penelitian
Penelitian
ini tidak melakukan perlakuan terhadap sampel yang digunakan, baik secara
metode maupun media karena penelitian ini bukan penelitian eksperimen.
Perlakuan yang diberikan penulis pada sampel hanya sebatas pemberian soal-soal
yang berupa tes IQ. Maka desain dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian “One Shot Case Study” yaitu model pendekatan yang menggunakan satu
kali pengumpulan data “satu saat” (Sugiyono, 2008: 107)
3.5.
Instrument Penelitian
Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006 : 150 ). Sedangkan menurut
Menurut Riduwan (2003:57) tes sebagai pengumpul instrumen data adalah
serangkaian pengetahuan, intelegensi, kemampauan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok.
Tes yang digunakan adalah tes IQ yang obyektif
dalam bentuk pilihan ganda, dimana soal berbentuk pilihan ganda yang menuntut
siswa untuk memilih jawaban yang tepat dari 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c dan d sesuai dengan
kemampuannya.
3.6.
Teknik Analisis Data
Untuk
menggambarkan tingkat kecerdasan logis matematis dan kecerdasan linguistik
siswa di kelas XI IPA MA Mafatihul Huda digunakan teknik analisis statistik
deskriptif. Adapun untuk mengetahui perbedaan rata-rata kecerdasan logis
matematis antara siswa laki-laki dengan perempuan, digunakan teknik analisis
statistik inferensial, yaitu uji perbedaan dua rata-rata (uji-t).
4.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Kecerdasan
erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimilki oleh individu. Dengan
kecerdasan logis matematis seseorang dituntut
untuk mengoperasi suatu bilangan dengan cepat dan tepat, menghitung angka-angka
yang sangat rumit, dapat menganalisis sebab-akibat terjadinya sesuatu dan mampu
merumuskan masalah yang ada. Dalam penjabaran alasan-alasan yang logis juga
dibutuhkan kecerdasan linguistik untuk menuliskan idenya melalui
kata-kata. Sehingga dalam mempelajari mata pelajaran matematika dibutuhkan kedua
kecerdasan ini. Namun, dari kedua kecerdasan tersebut ada yang lebih dominan
dan ada kecenderungan perbedaan kecerdasan antara siswa laki-laki dan
perempuan.
Berikut
ini merupakan hasil dari analisis data yang dilakukan dari tes. Pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji-t dua sampel. Dalam pengujian ini kita
dapat mengetahui sejauh mana perbedaan yang terjadi antara kecerdasan logis
matematis antara siswa laki-laki dengan perempuan.
Tabel 3
Independent
T Test Hasil Tes Kecerdasan Logis Matematis
thitung
|
Df
|
Sig. (2-tailed)
|
1,447
|
38
|
0,156
|
Selain Pengujian
hipotesis terhadap kecerdasan logis matematis peneliti melanjutkan pengujian
perbedaan pada kecerdasan linguistik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan
uji-t dua sampel. Dalam pengujian ini kita dapat mengetahui sejauh mana
perbedaan yang terjadi antara kecerdasan linguistik antara siswa laki-laki
dengan perempuan.
Tabel 4
Independent
T Test Hasil Tes Kecerdasan Linguistik
thitung
|
Df
|
Sig. (2-tailed)
|
0,826
|
38
|
0,414
|
Dari
hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan analisis perhitungan yang telah
dilakukan, ternyata tidak ada perbedaan kecerdasan logis matematis dan
kecerdasan linguistik antara siswa laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan uji-t
dengan menggunakan sofware SPSS 16.0 diperoleh thitung pada
kecerdasan logis matematis = 1,447 dan thitung pada kecerdasan linguistik = 0,826, sedangkan
ttabel pada kedua kecerdasan itu = 2,024. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
Selanjutnya,
Berdasarkan hasil pengolahan data kecerdasan logis matematis, diperolah
statistik deskriptif data kecerdasan logis matematis antara siswa laki-laki dan
perempuan yang terdapat dalam tabel berikut.
Tabel 5
Statistik
Deskriptif Kecerdasan Logis Matematis
antara
Siswa Laki-laki dan Perempuan
Kecerdasan Logis Matematis
|
N
|
Rata-rata
|
Varians
|
Simpangan baku
|
Laki-laki
|
20
|
9,80
|
12,58
|
3,54
|
Perempuan
|
20
|
8,35
|
7,50
|
2,73
|
Hal ini
terlihat hasil tes kedua kecerdasan tersebut, yaitu nilai tes kecerdasan logis
matematis dan kecerdasan linguistik, dari nilai rata-rata kecerdasan logis
matematis siswa laki-laki sebesar 9,8 dan rata-rata siswa perempuan = 8,35. Berdasarkan
rata-rata kecerdasan logis matematis siswa laki-laki cenderung lebih besar dari
pada rata-rata kecerdasan logis matematis siswa perempuan, namun perbedaan
rata-rata ini tidaklah besar. Dalam data tersebut terlihat pula varians dan
simpangan baku kecerdasan logis matematis laki-laki cenderung lebih besar dari
pada kecerdasan logis matematis perempuan. Hal ini berarti penyebaran skor
kecerdasan logis matematis laki-laki lebih bervariasi dari pada kecerdasan
logis matematis perempuan. Berikut ini adalah diagram yang memperlihatkan skor
tertinggi (Xmax), skor terendah (Xmin) dan rata-rata
kecerdasan logis matematis antara siswa laki-laki dengan perempuan pada kelas
XI IPA MA Mafatihul Huda.
Diagram
1
Diagram
rata-rata kecerdasan logis matematis
antara
siswa laki-laki dengan perempuan
Sedangkan
untuk mengetahui kecerdasan linguistik, Berdasarkan hasil pengolahan data
kecerdasan linguistik diperolah statistik deskriptif data kecerdasan linguistik
antara siswa laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam tabel berikut.
Tabel 6
Statistik
Deskriptif Data Kecerdasan Linguistik
antara
siswa Laki-laki dan Perempuan
Kecerdasan Linguistik
|
N
|
Rata-rata
|
Varians
|
Simpangan baku
|
Laki-laki
|
20
|
9,90
|
10,62
|
3,25
|
Perempuan
|
20
|
11,30
|
13,16
|
3,62
|
Sedangkan
kecerdasan linguistik siswa laki-laki dengan rata-rata = 9,90 dan rata-rata
siswa perempuan = 11,30. Untuk tingkat kecerdasan siswa kelas XI IPA MA
Mafatihul Huda. Rata-rata kecerdasan linguistik siswa
laki-laki cenderung lebih kecil dari pada rata-rata kecerdasan linguistik siswa
perempuan, namun perbedaan rata-rata ini tidaklah besar. Dalam data tersebut
terlihat pula varians dan simpangan baku kecerdasan linguistik siswa perempuan
cenderung lebih besar dari pada kecerdasan linguistik siswa laki-laki. Hal ini
berarti penyebaran skor kecerdasan linguistik siswa perempuan lebih bervariasi
dari pada kecerdasan linguistik siswa laki-laki. Berikut ini adalah diagram
yang memperlihatkan skor tertinggi (Xmax), skor terendah (Xmin)
dan rata-rata kecerdasan linguistik laki-laki dan kecerdasan linguistik siswa
perempuan pada kelas XI IPA MA Mafatihul Hud
Diagram
2
Diagram
rata-rata kecerdasan linguistik
antara
siswa laki-laki dan perempuan
Hasil
penelitian ini sangat selaras dengan penelitian sebelumnya, seperti penelitian
yang ditulis oleh Rafianti (2010) jurusan matematika Universitas Pendidikan
Indonesia tentang Studi Komparatif Hasil Belajar Siswa Laki-Laki dan Perempuan
Melalui Pembelajaran Multiple Intelligences yang kesimpulannya menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa laki-laki dan
perempuan melalui pembelajaran Multiple Intelligences.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dan hasil
penelitian sebelumnya, berarti benar apa yang dikatakan oleh Eisen Berg, Martin
dan Fabes dalam Santrock bahwa pernyataan seperti “laki-laki unggul dibanding
perempuan dalam bidang matematika” seharusnya tidak dipahami sebagai klaim
bahwa semua laki-laki lebih unggul diatas perempuan dalam bidang matematika.
Selain itu, dalam Santrock, Maccoby dan Jacklin menunjukkan bahwa dalam
beberapa kasus hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dalam keahlian verbal (Santrock: 188). Dengan demikian,
perbedaan kecerdasan berdasarkan gender perlu perhatikan lagi dalam penelitian
yang lebih mendalam.
Dengan menganalisis kecerdasan logis matematis
dan kecerdasan linguistik siswa berdasarkan gender, maka sebagai fasilitator
kita dapat mengetahui kecerdasan siswa, baik yang dimiliki siswa laki-laki
maupun perempuan. Selain itu, kita juga akan selalu mencari dan berpikir untuk
proses pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan siswa, sehingga bisa membantu
mengarahkan keberhasilan siswa.
5.
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
perhitungan analisis yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Tingkat kecerdasan logis matematis siswa kelas
XI IPA MA Mafatihul Huda menunujukkan kategori baik dengan rata-rata skor
sebesar 9,08 atau dalam rata-rata nilai sebesar 64. Untuk kecerdasan logis
matematis siswa laki-laki menunjukkan kategori baik dengan rata-rata skor
sebesar 9,8 atau dalam rata-rata nilai sebesar 69 dan untuk siswa perempuan
menunjukkan kategori cukup dengan rata-rata skor sebesar 8,35 atau dalam
rata-rata nilai sebesar 60.
2.
Tingkat kecerdasan linguistik siswa kelas XI
IPA MA Mafatihul Huda menunujukkan kategori baik dengan rata-rata skor sebesar
10,6 atau dalam rata-rata nilai sebesar 66. Untuk kecerdasan linguistik siswa
laki-laki menunjukkan kategori baik dengan rata-rata skor sebesar 9,9 atau
dalam rata-rata nilai sebesar 62 dan untuk siswa perempuan menunjukkan kategori
baik pula dengan rata-rata skor sebesar 11,3 atau dalam rata-rata nilai sebesar 70.
3.
Berdasarkan hasil penyebaran tes kecerdasan
logis matematis antara siswa laki-laki dengan perempuan kelas XI IPA MA
Mafatihul Huda secara keseluruhan diperoleh thitung = 1,447 dan ttabel
= 2,024 dengan taraf signifikan 5% maka berdasarkan kriteria uji-t dua
sampel thitung < ttabel sehingga H0
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata
kecerdasan logis matematis antara siswa laki-laki dengan perempuan.
4.
Dan berdasarkan hasil penyebaran tes kecerdasan
linguistik antara siswa laki-laki dengan perempuan kelas XI IPA MA Mafatihul
Huda secara keseluruhan diperoleh thitung = 0,826 dan ttabel
= 2,024 dengan taraf signifikan 5% maka berdasarkan kriteria uji-t dua
sampel thitung < ttabel sehingga H0
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan rata-rata
kecerdasan linguistik antara siswa laki-laki dengan perempuan.
4.2 Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat
dikemukakan diantaranya sebagai berikut :
1.
Bagi siswa disarankan agar dapat memilih
jurusan sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya, sehingga mereka dapat lebih
mudah menerima materi yang telah diajarkan. Siswa juga akan lebih percaya diri
dengan kemampuannya, karena telah menyadari bahwa setiap pribadi dalam dirinya
pasti memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda-beda.
2.
Bagi pihak sekolah disarankan untuk pemilihan
jurusan alangkah lebih baiknya semua siswa diseleksi terlebih dahulu dengan
menggunakan tes kecerdasan, sehingga penentuan jurusan ditentukan dari hasil
tes tersebut. Misalkan siswa yang dominan dengan kecerdasan logis matematis
dikelompokkan atau dimasukkan kedalam jurusan IPA, sedangkan siswa yang dominan
dengan kecerdasan linguistik dikelompokkan atau dimasukkan kedalam jurusan
BAHASA atau IPS.
3.
Disarankan untuk penelitian lebih lanjut dan
lebih meluas lagi mengenai perbedaan kecerdasan majemuk (Multiple
Intelligences) antara laki-laki
dengan perempuan. Seperti kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani, kecerdasan musical,
kecerdasan naturalis.
Daftar Pustaka
Amstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multipel didalam Kelas.
Jakarta : indeks.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar,
Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pusaka
Pelajar.
Cambell,
Linda. dkk. 2006. Metode Praktis pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences. Depok : Insuisi Press.
Chatib,
Munif. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara. Bandung : Kaifa.
___________. 2013. Orang Tuanya
Manusia. Bandung : Kaifa.
Efendi,
Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung : Alfabeta.
Gardner,
Howard. 2013. Kecerdasan Majemuk (Teori dalam Praktek). Interaksara.
Hady,
Malcolm dan Heyes Steves. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.
Haddar ,
Salim. 2010. Penerapan Konsep Multiple Intelligences dalam Mewujudkan
Sekolah Unggul. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.
Lwin,
May, dkk. 2008. How to Multiply Your Child’s Intelligence. Yogyakarta :
Penerbit Indeks.
Mahmud.
2005. Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung : Sahifa.
Margono,
S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prawiradilaga,
Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik
Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Ria dkk.
2009. “Masih Dianggap Momok Dalam UNAS; Matematika dan Bahasa Inggris Diberi
Porsi Lebih”. Kedaulatan Rakyat.
Riduwan.
2006. Dasar – dasar Statistik. Bandung :
Alfabeta
Ruseffendi,
E.T. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung : Tarsito.
Saifullah.
2004. Mencerdaskan Anak (Mengoptimalkan Kecerdasan Intelektual, Emosi dan
Spiritual Anak). Jombang : Lintas Media.
Santrock,
John. W. Psikologi Pendidikan. University of Texas at Dallas.
Siregar,
Syofian. 2010. Statistika Deskriptif
untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali
Pers.
Sugiyono.
2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung : Abeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sangat bermanfaat gan, Silahkan juga kunjungi
ReplyDelete1. Pengertian Kecerdasan Logis-Matematis
2. Definisi Model Dan Pendekatan Pembelajaran Menurut Para Ahli/Pakar
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two Stray)
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
5. 5 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Menurut Para Ahli / Pakar
6. Definisi, Ciri Dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
7. Kumpulan materi pelajaran SD, SMP, SMA, tugas sekolah lengkap dengan jawaban dan materi perkuliahan (www.materibelajar.id)
8. Kumpulan materi pelajar tingkt SD, SMP, SMA, tugas sekolah www.materipelajar.com